Akar Tradisi dan Kelahiran Musik Klasik Sunda Era Pra-1950

Era Pra-1950: Fondasi Musik Klasik Sunda

Perkembangan awal musik Sunda dapat dipisahkan menjadi dua alur utama: musik yang berkembang di lingkungan istana para bangsawan (pangagung) dan kesenian yang hidup sebagai hiburan rakyat.

Kesenian yang berasal dari lingkungan bangsawan sering kali menjadi penanda status sosial dan selera estetika yang tinggi, menciptakan tradisi musik yang prestisius dan eksklusif.

Studi Kasus: Tembang Sunda Cianjuran (Mamaos Cianjuran)

Tembang Sunda, yang juga dikenal sebagai seni mamaos cianjuran, adalah gaya musik vokal klasik yang lahir di dataran tinggi Priangan, khususnya di istana bupati Kabupaten Cianjur, pada pertengahan abad ke-19 selama periode kolonial Belanda.

 

Genre: Musik vokal klasik prestisius

Status Eksklusif

Berbeda dengan musik gamelan Sunda yang lebih umum, Tembang Sunda pada awalnya merupakan kesenian yang sangat prestisius, hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan.

Karakteristik Musikal
Vokal
  • Membawakan puisi berirama bebas (free verse poetry)
  • Ornamentasi indah dan rumit yang disebut dongkari
  • Teknik yang sulit dipelajari
Instrumental
  • Kacapi (sejenis siter)
  • Suling (seruling bambu)
  • Rebab (biola) – kadang-kadang
Struktur Kacapi dalam Tembang Sunda
Kacapi Indung

Bernada rendah, memimpin jalannya melodi

Kacapi Rincik

Bernada lebih tinggi, mengiringi

Ciri Khas

Struktur musik yang tidak terikat pada ketukan tetap (wirahma merdika), memberikan kebebasan ekspresi pada penyanyi.

Studi Kasus: Gamelan Degung

Gamelan Degung diperkirakan muncul pada akhir abad ke-18 dan awalnya juga merupakan kesenian yang eksklusif bagi bangsawan.

 

Asal: Musik istana eksklusif

Etimologi “Degung”

Istilah “Degung” diperkirakan berasal dari kata ngadeg (berdiri) dan agung (megah) atau pangagung (bangsawan), yang menegaskan status awalnya sebagai musik istana.

Evolusi Instrumen
Periode Awal

Instrumen Degung masih sangat sederhana:

  • Bonang
  • Goong
  • Jenglong
Perkembangan

Penambahan instrumen seiring demokratisasi:

  • Suling (ditambahkan)
  • Instrumen gamelan lainnya
  • Variasi ensemble yang lebih kaya
Demokratisasi Budaya (1920)
Titik Balik Sejarah
Peristiwa Kunci

Tahun 1920, ketika RAA Wiranatakusumah V pindah menjadi Bupati Bandung, Gamelan Degung yang diberi nama Pamagersari ikut diboyong bersamanya.

Dampak

Sejak saat itu, Gamelan Degung mulai menyebar ke seluruh Jawa Barat dan menjadi kesenian yang dinikmati oleh masyarakat luas.

Peran Sosial Gamelan Degung

 

Hiburan

Musik untuk masyarakat umum

 

Upacara Adat

Mengiringi tarian dan pernikahan

 

Ritual Keagamaan

Konteks ritual keagamaan modern

Transformasi Sosial

Perjalanan Degung dari seni eksklusif yang dikontrol oleh elit menjadi simbol identitas komunal adalah contoh nyata bagaimana seni tradisional berhasil mempertahankan relevansinya seiring perubahan sosial dan politik.

Waditra Utama dan Perannya dalam Genre Musik Sunda

Nama Waditra Klasifikasi Peran Utama Contoh Genre
Kacapi Kordofon Pemberi arah melodi, pengiring vokal Tembang Sunda, Kacapi Suling, Jaipongan
Suling Aerofon Penghasil melodi utama, pengisi harmoni Kacapi Suling, Tembang Sunda, Gamelan Degung, Jaipongan
Kendang Membranofon Pengatur irama (pamurba irama) Jaipongan, Gamelan Degung
Angklung Idiofon Pembentuk melodi kolaboratif (satu alat satu nada) Angklung ensemble, Pop Sunda
Degung
(gong, bonang, dll)
Idiofon Pembentuk melodi dan irama gamelan Gamelan Degung
Catatan

Tabel ini menunjukkan distribusi peran setiap waditra dalam berbagai genre musik Sunda, mencerminkan fleksibilitas dan adaptabilitas instrumen tradisional dalam konteks musikal yang beragam.

Referensi

• Materi disusun berdasarkan dokumentasi sejarah musik Sunda dan studi etnomusiologi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *